Melky Lohy yang menjabat sebagai Karo Administrasi dan Pembangunan Setda Maluku menegaskan dirinya tidak pernah marah-marah kepada petugas di RSUD dr M Haulussy saat menunggu hasil rontgennya.
Ia juga mengatakan bahwa ia tidak pernah mengeluarkan kalimat kepada para petugas di RSUD bahwa ia dekat dengan Gubernur Murad Ismail. Dalam sanggahannya, Melky mengatakan “Beta tidak penah mengaluarkan kata bahwa beta ini tangan kanan Murad Ismail, masa beta mau bicara itu bagaimana, baru yang diperlakukan seperti apa.”
Dalam penjelasannya, Melky Lohy mengatakan bahwa keberadaannya di RSUD dr M Haulussy pada saat itu adalah untuk menunggu hasil rontgen dan tes darah miliknya keluar. Dalam pernyataannya dia hanya menunggu hasil rontgen dan tes darahnya serta sama sekali tidak menunjukkan sikap marah. Sebelumnya sempat diberitakan bahwa Melky kembali terpapar Covid-19 usai menjalani swab polymerase chain reaction, di RSUD dr M Haulussy.
Setelah dinyatakan kembali terpapar oleh virus Corona, Melky yang tahun lalu juga pernah terkena virus covid-19 langsung mengamuk di RSUD. Banyak saksi dari berita Maluku yang mengatakan bahwa Lohy mengucapkan kata-kata penghinaan kepada petugas rumah sakit karena merasa tidak mendapatkan layanan yang baik padahal dirinya adalah pejabat publik. “Saya ini pejabat di provinsi, kenapa dilayani seperti ini,” ungkap nara sumber.
Dalam marahnya Lohy juga mengaku kepada petugas RSUD dr M Haulussy kalau dia adalah tangan kanan gubernur Maluku, jadi dia harus dilayani dengan baik. Nara sumber mengatakan bahwa Melky berkata “Saya ini tangan kanan Murad Ismail, masa diperlakukan seperti begini.” Melky bahkan menuntut pelayanan yang setara dengan yang diberikan kepada Sekda Kasrul Selang. Untuk lebih jelasnya, dalam kesaksian nara sumber, Melky juga dalam nada tinggi mengatakan “Saya ini pajabat daerah. Kenapa pak Kasrul bisa saya nggak bisa.”
Sebagai pembelaan, petugas RSUD dr M Haulussy mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah sesuai dengan protokol kesehatan tanpa membeda-bedakan status sosial seseorang. Kejadian ini menjadi tontonan petugas, pengunjung dan bahkan para pasien di rumah sakit, karena suara Melky cukup keras untuk didengar banyak orang. Tidak ada dari para penonton yang berani melerai karena Melky terlihat sangat emosi.
“Katong heran saja, pejabat publik harusnya jadi contoh, bukan marah-marah dan bawa-bawa nama gubernur dan sekda,” ujar Johan, salah satu pengunjung rumah sakit kepada Siwalima. Dalam pernyataannya Johan juga menyatakan bahwa RSUD Haulussy itu adalah milik bersama, jadi siapapun itu harus mendapatkan perlakuan dan pelayanan yang sama tanpa membedakan status sosial, pekerjaan dan berbagai latar belakang lainnya. Banyak yang berharap pejabat seperti ini dievaluasi dan diberi sanksi oleh pimpinan.